Kamis, 19 November 2009

2 Lembaga tak Mau Kalah


Aneh juga, jika dua lembaga hukum di negara kita ini malah meributkan hal-hal yang tak begitu penting.

KPK vs POLRI ato cicak vs Buaya. Sampai saat ini masih belum ada yang mau mengalah. Kedua nya saling bersi tengang untuk mempertahankan argument mereka.lihat saja kutipan berita ini..

Kapolri Bambang Hendarso Danuri (BHD) kembali menegaskan dirinya dan para pejabat Polri lainnya tak akan mundur dari jabatannya. Hal ini menyusul desakan mundur yang semakin santer digaungkan oleh banyak pihak, termasuk juga Tim 8.

"Tidak ada yang akan mengundurkan diri di antara kami," ujar Kapolri dalam rapat kerja Komisi III DPR dengan Polri, Kejagung, KPK di Gedung DPR RI Senayan, Jakarta Selatan, Kamis (19/11/2009).

Terkait berbagai macam isu yang menghantam Polri akhir-akhir ini, BHD menegaskan Polri akan tetap solid. Dia bahkan menyatakan tidak ada prinsip di Polri untuk mundur.

"Tidak ada yang akan mundur kecuali masa pensiun, kecuali diundurkan oleh Yang Maha Kuasa. Prinsipnya untuk mundur tidak ada, prinsipnya kesatuan Polri solid," tegas BHD.

Pada kesempatan itu, Kapolri juga ditanya salah satu anggota Komisi III DPR bahwa Polri adalah lembaga superbody. Hal ini menyusul kondisi terakhir yang merupakan dampak dari kasus kriminalisasi KPK di mana kekuatan Polri nampak seperti tak terbatas. Atas pertanyaan itu, BHD dengan tegas membantahnya.

"Kami tidak sama sekali lembaga superbody, kami menyadari kami adalah pelayan, pengayom dan penegak hukum," tegas dia.

BHD menjelaskan bahwa Polri sebagai lembaga penegak hukum di Indonesia akan senantiasa melakukan tugas sesuai prosedur yang ada.”


"Kalau ada fitnah oknum kami di lapangan dan melakukan tindakan tidak percaya, pastinya akan kami tindak dengan hukum. Tidak benar bahwa kami lembaga superbody," tutur BHD.


Bagaimana Indonesia bisa aman dan tentram jika antara sesama lembaga Hukum saling bersi tegang hingga menjadi konsumsi publik.

Yang rakyat butuhkan adalah keamanan yang terjamin. Bukan orang-orang yang dipercaya malah saling menyalahkan.

Kamis, 23 Juli 2009

Guruku Jahat


Baru satu minggu sekolah memasuki hari efektif. Mungkin banyak siswa yang telah mendapatkan pengalaman batu di dalam mencari ilmu. Namun masih ada saja oknum yang melakukan kekerasan dalam dunia pendidikan.
Namun kali ini bukan dalam Masa Orientasi Siswa (MOS), namun dalam masa efetif. Sebut saja Yolanda, siswa kelas tiga Sekolah Dasar asal Sumatra Utara ini mendapatkan bogeman mentah dari kepala sekolahnya.
Kejadian ini berawal ketika Yolanda ingin menenangkan teman-temannya yang rebut di dalam kelas. Dalam usahanya menenangkan kelas ia melakukan segala cara, bahkan ia memukul-mukul meja yang naasnya kepala sekolahnya berada di ruangan sebelahnya. Dan mengira bahwa Yolanda yang menyebabkan kegaduhan itu. Tanpa banyak pikir dua kali tamparan dilayangkan ke pipi Yolanda.
Kasihan sekali Yolanda, berniat menenangkan temannya yang sedang gaduh, malah Yolanda sendiri yang terkena batunya dengan mendapatkan tamparan dari kepala sekolahnya. Namun, sang kepala sekolah pun itu ia lakukan karena Yolanda tidak menjawab ketika ia ditanya siapa yang memukul-mukul bangku.
Namun seharusnya tidak usah ada kekerasan yang terjadi didalam dunia pendidikan. Apalagi hingga membuat siswa yang mengalami kekerasan tersebut menjadi trauma masuk sekolah. dan dimana kewibaan seorang kepala sekolah hingga tega memukul sisiwanya yang baru duduk di kelas tiga SD, apalagi ia perempuan.
Beginilah potret pendidikan di Indonesia, satu masalah belum selesai ada lagi masalah yang menghampiri. Di daerah lain ada siswa yang sekolahnya di segel Wali Kota, di tempat lain pula terjadi kekerasan.
Perploncoan dalam MOS sedikit demi sedikit sudah teratasi, kini malah kepala sekolah yang melakukan kekerasan

Sabtu, 30 Mei 2009

Realityqu bohong..


Acara televisi lagi-lagi menyuguhkan acara-acara yang bersifat kebohongan public. Dan ramalan AGB Nelson ternyata memang benar-benar terjadi. Pada tahun 2006 AGB Nelson meramalkan bahwa di Indonesia pada tahun 2009 akan banyak program tetang “realityshow”. Seiring dengan itu realityshow yang ditayangkan kebanyakan hanya bohongan, bukan realita yang terjadi di masyarakat.
Apakah ini potret hiburan televisi di Idonesia?. Realityshow yang berhubungan dengan cinta, religi, dengan keluarga dan lain sebagainya semakin banyak disuguhkan. Namun masyarakat seolah diam dan menerima kebohongan itu sebagai kenyataan yang memang benar-benar terjadi. Penikmatnyapun dari segala usia, mulai dari ibu-ibu dan remaja. Entah begaimana mereka menikmati acara yang pada dasarnya hanya kebohongan public?.
Setelah infotaiment tentang gosip-gosip, sinetron yang tidak mendidik,sekarang ditambah dengan acara realityshow yang membuat mabuk kepayang ibu-ibu rumah tangga dan banyak remaja putri yang ikut menyaksikannya. Lalu, acara apa lagi yang akan membuat pemirsa televisi menerima kebohongan yang dibuat oleh produser. Dari 10 stasiun TV nasional, yang benar-benar menyuguhkan berita dan pendidikan hanya dua. Metro TV, dan TV One. Kedua stasiun televisi tersebut lebih banyak menayangkan berita-berita dan dialog interaktif yang pastinya membuat masyarakat berpikiran lebih bagus.
Sedangkan stasiun televisi yang dengan nyata-nyata memberi nama”Televisi Pendidikan Indonesia” yang lebih dikenal dengan TPI, acara-acara yang ditayangkan malah tidak berbobot. Ambil saja “si Entong dan Ronaldowati” acara yang ditujukan kepada anak-anak. Malah memberikan adegan-adegan yang tidak mendidik. Boneka bisa berjalan, boneka bisa bermain bola, entong memiliki sandal ajaib. Itukah acara mendidik, belum lagi realityshow yang di tayang kan TPI “Curhat” yang mengklaim akan menyelesaikan masalah, malah akan memperkeruh masalah.
Sekali lagi, siapa yang disalahkan?. Stasiun televisi yang menayangkan acara itu, ataukah pemirsa yang mau dengan mudah dibohongi, atau malah pemerintah yang membiarkan acara seperti itu semakin menjamur.

Tontonan Yang Malang

Acara televisi lagi-lagi menyuguhkan acara-acara yang bersifat kebohongan public. Dan ramalan AGB Nelson ternyata memang benar-benar terjadi. Pada tahun 2006 AGB Nelson meramalkan bahwa di Indonesia pada tahun 2009 akan banyak program tetang “realityshow”. Seiring dengan itu realityshow yang ditayangkan kebanyakan hanya bohongan, bukan realita yang terjadi di masyarakat.
Apakah ini potret hiburan televisi di Idonesia?. Realityshow yang berhubungan dengan cinta, religi, dengan keluarga dan lain sebagainya semakin banyak disuguhkan. Namun masyarakat seolah diam dan menerima kebohongan itu sebagai kenyataan yang memang benar-benar terjadi. Penikmatnyapun dari segala usia, mulai dari ibu-ibu dan remaja. Entah begaimana mereka menikmati acara yang pada dasarnya hanya kebohongan public?.
Setelah infotaiment tentang gosip-gosip, sinetron yang tidak mendidik,sekarang ditambah dengan acara realityshow yang membuat mabuk kepayang ibu-ibu rumah tangga dan banyak remaja putri yang ikut menyaksikannya. Lalu, acara apa lagi yang akan membuat pemirsa televisi menerima kebohongan yang dibuat oleh produser. Dari 10 stasiun TV nasional, yang benar-benar menyuguhkan berita dan pendidikan hanya dua. Metro TV, dan TV One. Kedua stasiun televisi tersebut lebih banyak menayangkan berita-berita dan dialog interaktif yang pastinya membuat masyarakat berpikiran lebih bagus.
Sedangkan stasiun televisi yang dengan nyata-nyata memberi nama”Televisi Pendidikan Indonesia” yang lebih dikenal dengan TPI, acara-acara yang ditayangkan malah tidak berbobot. Ambil saja “si Entong dan Ronaldowati” acara yang ditujukan kepada anak-anak. Malah memberikan adegan-adegan yang tidak mendidik. Boneka bisa berjalan, boneka bisa bermain bola, entong memiliki sandal ajaib. Itukah acara mendidik, belum lagi realityshow yang di tayang kan TPI “Curhat” yang mengklaim akan menyelesaikan masalah, malah akan memperkeruh masalah.
Sekali lagi, siapa yang disalahkan?. Stasiun televisi yang menayangkan acara itu, ataukah pemirsa yang mau dengan mudah dibohongi, atau malah pemerintah yang membiarkan acara seperti itu semakin menjamur.

Jumat, 29 Mei 2009

Idealisme..


Kampus mulai ramai dengan lobi-lobi yang dilakukan oleh para calon peserta pemilu raya. Dari berbagai macam golongan mereka membuat partai yang bersuara untuk mahasiswa. Namun tetap saja, apakah kita harus dengan mudah mempercayai partai-partai tersebut.
Bahkan, di kampus ditemukan sedikit kebohongan yang mungkin memang tidak dirasa. Sedikit-sedikit merayu untuk meminjam Kartu Tanda Mahasiswa. Padahal kartu tersebut sebagai bukti bahwa sang pemilik kartu mendukung penuh partai yang akan di ajukan.
Kasihan sekali orang-orang yang dimanfaatkan untuk meminjam KTM. Sebelum Pemilu kampus dimulai, mereka bersemangat untuk meminjam KTM dari teman-temannya untuk bukti, namun apakah setelah itu berakhir masih ada kesukaan-kesukaan yang akan dirasa?
Pengalaman,,, yah… pengalaman… alasan yang klasik untuk mengikuti sebuah partai kecil di kampus. Mungkin hanya itu yang akan didapat, namun berusaha untuk menetralkan diri dari dunia kepartaian kampus sangat amat sulit. Jam 8 pagi KTM diminta dari partai A, jam 10 gantian partai B yang meminta KTM sebagai bukti dukungan.
Namun menjadi netral juga tak sesulit itu. Hanya dengan modal sedikit keras kepala, mungkin teman-teman akan berusaha menghormati kita sebagai orang yang netral. Rayuan dari mulut-mulut pasti muncul, namun seberapa kuat kita mempertahankan idealis kita.
Memang banyak yang bilang, masa mahasiswa adalah masa yang baik untuk mengikuti organisasi. Namun yang menjadi pertanyaan, kemana kita dibawa oleh organisasi tersebut. Alih-alih mengajak menjadi baik, namun liberalism, kebohongan yang mengatasnamakan kesetiaan, serta tipuan-tipuan yang kita dapat dari sedikit senior yang jahil akan kita rasakan.
Sekarang, Ortom dan perkumpulan mendirikan partai yang mungkin akan saling menjatuhkan dan akan saling berlomba untuk narsis dengan paratai masing-masing. Kita tunggu dan kita dengar, bagaimana para orator menyuarakan visi dan misi partai dalam Pemilu Raya Tahun 2009 di Kampus putih tercinta kita.
sudah mencerminkan demokrasi atau anarkis yang akan terjadi jika salah satu partai menang, coba kita lihat dengan kacamata hitam.

Oh... Facebook


Terkadang saya heran pada ulama sekarang ini. Ada saja yang diharamkan, namun yang seharusnya diharamkan tidak disenggol sedikit pun. Tidak itu saja, bahkan film pun tak lepas dari pengawasannya. Sebagai misal, merokok, facebook dan film yang menjadi kontroversi sebagai misal “Perempuan Berkalung Sorban”. Okelah merokok diharamkan, meskipun dalam islam merokok tidak haram. Karena saya rasa memang merugikan baik perokok aktif maupun pasive. Namun jika sudah menjamah facebook atau film yang menurut saya Islami dan mengangkat martabat wanita. Huh,,,, naik pitang saya.
Jika kita mengkaji kembali, siapakah sih yang menentukan halal atau haramnya suatu perbuatan atau suatu hal.? Menurut saya hukum Islam itu berhenti pada Rasulullah Muhammad SAW. Dan setelah itu, hanya kesepakatan yang diambil oleh ulama'. Dan itu tidak bisa dianggap benar-benar haram, karena kesempurnaan manusia ada batasannya.
Terkadang rasa sedih pun muncul ketika menyaksikan para ulama yang mencari-cari hal untuk di haramkan. Kita lihat saja, apakah RUU APP sudah sah, dan apa yang dilakukan ulama' untuk itu. Saya akui saya bukan orang yang benar-benar islam, namun saya pun mengerti sedikit tentang hukum islam. Haram-halal, baik dan tidak baik saya paham, dan facebook baik atau haram adalah relatif siapa orang yang menggunakan dan digunakan untuk apa?
Jika secara umum diharamkan, wah... repot juga. Islam itu mudah namun jangan dipermudah. Desak RUU APP, baru cari sesuatu yang lain untuk diharamkan. Jangan mencolat-mencolot. Selesaikan satu perkara, baru perkara yang lain di usut.
Jika alasannya tidak bermanfaat, ada mantra yahudi ketika kita mencari teman, dan tidak mendidik, banyak kog yang serupa dengan itu. Lihat saja acara televisi yang didominasi dengan sinetron yang malah memperbodoh masyarakat Indonesia, realityshow yang isinya hanya tipuan belaka.
Saya hanya berharap kepada ulama' sekarang, “mohon gunakan akal sehat dan pertimbangan yang matang untuk menentukan haram-halalnya suatu hal. Baik di dunia maya maupun di dunia sungguhan”. Karena masalah agama adalah menyangkut hubungan manusia dengan Tuhan. Jangan membuat resah masyarakat dengan fatwa-fatwa yang menganggap suatu hal haram dengan mudah.

Senin, 11 Mei 2009

Nyerah


Sedikit yang aku bayangkan tentang arti hidup ini, kekalahan dan kemenang. Terkadang hidup dituntut untuk selalu menang, namun kemenangan tak selalu didapat. Dan jika kekalahan yang datang, hanya sesal, dan kebingungan yang sealu terbayang.
Aku bingung akan arti hidup ini, karena mungkin aku sudah tak pants untuk hidup. Aku berfikir, beruntung sekali orang-orang yang mati pada saat bayi, atau yang tidak pernah dilahirkan. Hancurnya kehidupan ini, gilanya lingkungan ini, dan pemaksaan-pemaksaan yang selalu terjadi disekelilingku.
Namun aku hanya manusia, dan inilah takdir yang harus aku lalui dengan segala kelemahan ini. Cinta, persahabatan, kelompok, kuliah, bahkan di keluarga aku kadang selalu merasa kalah. Aku tak mamapu menjadi yang mereka inginkan., sehingga kadang banyak yang merasa kecewa dengan apa yang aku lakukan.
Dalam keramaian pun aku masih merasa sepi, dan seolah tak ada orang yang mampu menopangku dengan beban yang aku rasakan. Bisakah aku istirahat sejenak untuk meringankan beban yang ada dalam pikiran. Tentang apa yang terjadi dalam hidupku.
Air mataku mulai keluar tanpa ku tahu apa yang menyebabkan. Apakah semua kesalahn ini yang selalu kulakukan? Aku selalu dipandang rendah di hadapan mereka. Aku sendiri tak tahu, apa yang harus aku lakukan dengan kondisi yang seakan tak berdaya ini. Aku ingin memiliki, namun tak dapat memiliki, aku ingin memilih, namun tak dapat memilih, aku ingin meminta, namun tak dapat rasa hati untuk meminta.
Huuuh….. stress aku….

Minggu, 10 Mei 2009

KUPINANG KAU DG JANJI


Janji, visi dan misi, serta orasi biasanya dilakukan pada saat kampanye di mulai. Namun kali ini ada yang beda. Upaya untuk mempertahankan posisi sebagai penguasa Negara selalu dilakukan. Dan itupun terjadi di Negara tercinta kita ini, Indonesia.
Ada pepatah mengatakan “mempertahankan adalah lebih sulit dari mendapatkan”. Kata-kata itulah yang saat ini “menghantui” pemimpin Negara ini. Alih-alih membuat rakyat bahagia, ternyata di dalamnya terselubung niat untuk mencari simpati dari rakyat.
Sekolah gratis, gaji PNS naik, adalah merupakan beberapa cara dari sekian banyak cara yang digunakan guna mempertahankan posisi. Kita pun mengetahui, 5 tahun kepemimpinan, pendidikan seperti tidak mendapatkan perhatian. Bahkan siswa serasa di permainkan dengan program pendidikan pemerintah.
Bantuan Oprasional Sekolah atau yang selama ini kita menyebutnya BOS, yang seharusnya mampu meng-gratis-kan biaya pendidikan, ternyata masih saja banyak rakyat kecil yang mengeluh akan mahalnya biaya pendidikan. Serta tidak diimbanginya sarana-prasarana yang memadahi, samakin membuat hati miris akan traggedi pendidikan yang terjadi di Indonesia.
Kini, pendidikan menjadi bahan kampanye yang empuk, padahal sebisa mungkin pendidikan jangan pernah dijadikan bahan kampanye. Karena pendidkan adalah seperti hal yang sangat sensitive, mengingat pendidikan di Indonesia cukup mahal. Dua kali sudah SBY menjajikan pendidikan gratis bagi rakyat. Namun tetap saja, pendidikan seolah menjadi momok yang menyeramkan bagi rakyat.
Rakyat seolah-olah di iming-iming dengan kemudahan untuk mendapatkan pendidkan. Mungkin dengan dana BOS yang itu pun malah menyengsarakan rakyat. Dengan menaikan harga BBM, pemerintah beralasan untuk mempermurah biaya pendidkan. Namun tetap saja ujung-ujungnya rakyat juga yang dikorbankan. BBM naik semua kebutuhan pokok naik, rakyat pun malah sengsara karena gaji pegawai swasta tetap.
Masih berlakukah iklan sekolah gratis? Jawabannya ternyata masih. Gembar-gembor yang pada pemilu 2004 sangat diharapkan bisa membantu rakyat kecil namun malah menyengsarakan. Kini akan terulang dan bahkan sudah terulang sebelum Pemilu 2009.
Disini posisi rakyat seolah orang yang akan dilamar oleh pemimpin yang akan turun. Sekolah gratis seolah menjadi “mas kawin” yang akan diberikan kepada rakyat jika ia terplih lagi. Namun sudahkah rakyat merasakan enaknya sekolah gratis? Nyamannya fasilits sekolah? Profesionalnya pendidik yang mengajar? Bahkan layanan yang diberikan?. Hampir semuanya belum.
Pada dasarnya yang di butuhkan bukanlah sekolah gratis. Namun bagaimana pendidikan di Indonesia yang saat ini begitu mengenaskan, menjadi pendidikan yang nyaman bagi masyarakat serta para pengajar yang professional. Jika pengajar belum mampu profesional, sekolah gratis selama apapun akan sama saja. Karena yang di butuhkan adalah tenaga pendidik, bukan sekolah gratis, yang selalu di gembar-gemborkan menjelang pemilu. Mulai dari pemilu Bupati, Gubernur bahkan Presiden.

Rabu, 06 Mei 2009

KPU!, Kemana Rakyat Kau Bawa?


Ketika kita menengok kebelakang kembali tentang even ter ”heboh” yang ada di Indonesia, yakni pemilu 2009. Banyak sekali terjadi kekurangan di sana-sini. Mulai dari Daftar Pemilih Tetap, tertukarnya surat suara di beberapa daerah, serta sosialisasi yang kurang kepada masyarakat. Sehingga banyak pemilih yang kebingungan tetang cara memilih. Apakah mencoblos seperti pemilu sebelumnya?, atau mencontreng seperti cara memilih seperti pemilu kali ini.
Berbagai kekurangan tersebut tak lepas dari campur-tangan KPU, yang pada pemilu kali ini menghabiskan dana yang lebih besar dari pemilu yang dulu. Padahal jika dikaji kembali, pemilu yang dahulu tidak memerlukan dana yang besar namun tergolong sukses. Namun pemilu saat ini yang menghabiskan dana lebih banyak, pelaksanaannya makin tidak bagus.
Seperti contoh di atas, Daftar Pemilih Tetap yang amburadul dan tidak Up Date. Sepaerti yang terjadi di Lamongan. KPU setempat masih memasukan Amrozi sebagai DPT di desa Tenggulun, Kecamatan Solokuro, Lamongan. Belum lagi sosialisasi yang kurang dan membingungkan para pemilih.
Serta perbandingan 4 kartu suara yang ukurannya hampir sama dengan dua lengan orang dan waktu yang di tentukan sungguh ironis jika pemilu dapat berlangsung dengan baik. Jika di hitung satu pemilih membutuhkan waktu untuk mengisi 4 kartu suara adalah 5 menit di kali jumlah pemilih misal saja satu TPS 200 pemilih maka waktu yang dibutuhkan (5x200=1000 menit atau kurang lebih 16 jam). Sedangkan waktu memilih hanya mulai jam 7.00-12.00. yakni kurang dari 6 jam. Bagaimana pemilu bias efektif jika pemilih belum paham dan waktu yang diberikan tidak seimbang.
Jika begitu, tidak salah jika banyak orang yang memilih untuk tidak memilih atau Golput. Selain waktu yang disediakan para warga desa banyak yang memilih untuk tetap bertani dari pada memilih yang bagi mereka memilih dan tidak memilih sama saja.
Loyonya ketua KPU
Ternyata selain calon legislative (caleg) yang loyo dan lemas menanti hasil pemilu, ternyata ketua KPU juga banyak yang KO pada saat penghitungan suara. Di beberapa daerah ketua KPU tiba-tiba pingsan karena terlalu capek menghitung hasil pemilu.
Inilah yang disebut senjata makan tuan. Ketika pemilu belum siap dan di pakasakan, terbukti ketua KPU pun menjadi korban kurang siapannya dalam pemilu 2009. Ketika masyarakat membutuhkan hasil yang kongkrit dan baik, maka yang didapatkan adalah segala kekurangan.
Namun memang tak ada gading yang tak retak. Begitu pula dengan KPU. Sesempurna mungkin rancangan yang dibuat. Tetap saja ada kekurangan dimana-mana, dan lagi-lagi rakyat yang menjadi korban dan sengsara.
Sebelum penghitungan selesai, rakyat sudah dibingungkan kembali dengan Koalisi-koalisi yang tidak pasti, dan hanya mementingka kepentingan partai tanpa memikirkan kepentingan rakyat.
Kamanakah rakyat dibawa oleh pemerintah melalui pemilu?

Rabu, 22 April 2009

RATING FILM




Ketika kita menonton TV , apakah kita menyadari berapa besar peminat, jumlah pemirsa, serta perbandingan antara acara TV yang satu dengan yang lain. Ada beberapa cara bagaiman kita mengetahui jumlah audience dalam suatu acara dan televisi.
RATING
Rating adalah besarnya presentase rumah tangga pemilik TV yang menonton acara tertentu dari pemilik TV di daerah tertentu.
Rumus:
Rating (%)= Audience : Universe x 100%
Contoh:
Pemilik TV (univers): 2800 rumah tangga
Yang menonton program “a” (audience) = 500 rt
Yang menonton program “b” (audience) = 300 rt

Rating program “a” =
500:2800x100%= 17,86 = 18
Jadi rating program ”a” adalah 18, karena 17,86 di bulatkan menjadi 18.
Rating program “b” =
300:2800x100%= 10,71=11
Jadi rating program “b” adalah 11, karena 10,71 di bulatkan menjadi 11.
Begitulah cara menghitung rating program TV.

Penghitungan Rating ini menggunakan cara dengan mengambil sample dari beberapa rumah tangga di Daerah tertentu. Dan dari jumlah sample tersebut akan di ketahui berapa banyak keluarga yang menyalakan TV dan berapa banyak jumlah program yang di saksikan keluaraga yang menjadi sample.

Senin, 20 April 2009

MEMPERCANTIK FOTO



MENGEDIT FOTO

1. Siapkan gambar anda.
2. pilih image – adjust – Brightness/Contras, untuk mengedit gelap terang dan kontrasnya.
3. Pilih Image – adjust – Hue/Saturation, untuk mengatur warna
Geserlah segitiga pada boks dialog tersebut

FOTO BARU JADI KUNO

1. Siapkan gambar anda.
2. Pilih Image – adjust – Hue/Saturation.
3. Centanglah tulisan Colorize,
Geserlah segitiga pada boks dialog tersebut

MEWARNAI FOTO DENGAN CEPAT.

1. Bukalah gambar yang akan anda warnai.
2. Jika anda menginginkan sebagian saja diberi warna buatlah seleksi dengan menggunakan seleksi tool.
3. Pilih Image – adjust – Variation.
4. Anda tinggal memilih warnanya. Apabila anda kurang cocok dengan warnanya Click Original yang berisi gambar aslinya.
5. Click Lighter untuk menambah warna terang.
6. Click Darken untuk menambah warna gelap.

MEMBERI EFEK POSTER.

1. Bukalah gambar yang akan diberi efek poster.
2. Pilih Image-adjust-Treshold.
3. Aturlah hasilnya dengan menggeser segitiga pada boks dialog.

MEMBERI EFEK GAMBAR TV

1. Bukalah gambar yang akan diberi efek gambar TV.
2. Tambahkan layer baru. Isilah dengan warna putih.
3. Click filter-sketch-Haltone pattren
4. Atur besar garis dengan menggeser segitiga pada Size dan Contrast.
5. Untuk patren Type pilih Line.
6. Click OK
7. Atur Opasitinya.

Minggu, 19 April 2009

Film Yang Mana?


Pernahkah kita berfikir? tentang apa yang kita saksikan di layar televisi akhir-akhir ini. Ya... Banyak sekali film-film yang kurang mendidik, dan sedikit film yang saya rasa mendidik. Meskipun itu ada, itu hanya sedikit dan masih kalah dari film-film komedi dan horor yang ditayangkan di bioskop.
Abilah contoh Film Gie, Denias, Laskar Pelangi. Hanya sebatas itukah film yang mendidik? sedangkan Film HOROR, film KOMEDI, dan film-film yang menjurus ke arah yang tidak mendidik malah menjadi film favorit di kalangan penikmat film.
Kita lihat film-film HOROR. Apakah memang sudah benar-benar horor. Bagi saya yang menakutkan bukanlah hantu yang ada di dalam film tersebut. Tapi malah adegan-adegan syur di dalam film tersebut. Apalagi film komedi, Mulai zaman warkop DKI hingga kini film-film komedi kebanyakan hanya menonjolkan adegan syur yang di rangkai sedemikian rupa hingga membuat penonton tertawa.
Kalau film tersebut di saksikan oleh anak kecil. Siapakah yang harus disalahkan? pembuat film, penonton, atau distributornya.
Memang sudah ada lembaga sensor yang di tugaskan mengawasi peredaran. Namun namanya juga manusia, pasti ada saja yang kecolongan (terlewatkan). Ada-ada saja yang terjadi di dunia perfilman kita.
Tak hanya film. bahkan acara-acara televisi sudah banyak yang kurang mendidik. Apakah yang dicari sekarang ini hanya keuntungan belaka? tanpa memperhatikan efek yang terjadi pada penonton yang menyaksikan. Lalu film yang mana yang MANA yang baik untuk kita konsumsi?

Sabtu, 18 April 2009

Dokumenter


Film dokumenter adalah film yang mendokumentasikan kenyataan. Istilah "dokumenter" pertama digunakan dalam resensi film Moana (1926) oleh Robert Flaherty, ditulis oleh The Moviegoer, nama samaran John Grierson, di New York Sun pada tanggal 8 Februari 1926.
Di Perancis, istilah dokumenter digunakan untuk semua film non-fiksi, termasuk film mengenai perjalanan dan film pendidikan. Berdasarkan definisi ini, film-film pertama semua adalah film dokumenter. Mereka merekam hal sehari-hari, misalnya kereta api masuk ke stasiun. pada dasarnya, film dokumenter merepresentasikan kenyataan. Artinya film dokumenter berarti menampilkan kembali fakta yang ada dalam kehidupan.
Dokumenter Modern
Para analis Box Office telah mencatat bahwa genre film ini telah menjadi semakin sukses di bioskop-bioskop melalui film-film seperti Super Size Me, March of the Penguins dan An Inconvenient Truth. Bila dibandingkan dengan film-film naratif dramatik, film dokumenter biasanya dibuat dengan anggaran yang jauh lebih murah. Hal ini cukup menarik bagi perusahaan-perusahaan film sebab hanya dengan rilis bioskop yang terbatas dapat menghasilkan laba yang cukup besar.
Perkembangan film dokumenter cukup pesat semenjak era cinema verité. Film-film termasyhur seperti The Thin Blue Line karya Errol Morris stylized re-enactments, dan karya Michael Moore: Roger & Me menempatkan kontrol sutradara yang jauh lebih interpretatif. Pada kenyataannya, sukses komersial dari dokumenter-dokumenter tersebut barangkali disebabkan oleh pergeseran gaya naratif dalam dokumenter. Hal ini menimbulkan perdebatan apakah film seperti ini dapat benar-benar disebut sebagai film dokumenter; kritikus kadang menyebut film-film semacam ini sebagai mondo films atau docu-ganda.[1] Bagaimanapun juga, manipulasi penyutradaraan pada subyek-subyek dokumenter telah ada sejak era Flaherty, dan menjadi semacam endemik pada genrenya.
Kesuksesan mutakhir pada genre dokumenter, dan kemunculannya pada keping-keping DVD, telah membuat film dokumenter menangguk keuntungan finansial meski tanpa rilis di bioskop. Meski begitu pendanaan film dokumenter tetap eksklusif, dan sepanjang dasawarsa lalu telah muncul peluang-peluang eksibisi terbesar dari pasar penyiaran. Ini yang membuat para sineas dokumenter tertarik untuk mempertahankan gaya mereka, dan turut mempengaruhi para pengusaha penyiaran yang telah menjadi donatur terbesar mereka.[2]
Dokumenter modern saling tumpang tindih dengan program-program televisi, dengan kemunculan reality show yang sering dianggap sebagai dokumenter namun pada kenyataannya kerap merupakan kisah-kisah fiktif. Juga bermunculan produksi dokumenter the making-of yang menyajikan proses produksi suatu Film atau video game. Dokumenter yang dibuat dengan tujuan promosi ini lebih dekat kepada iklan daripada dokumenter klasik.
Kamera video digital modern yang ringan dan editing terkomputerisasi telah memberi sumbangan besar pada para sineas dokumenter, sebanding dengan murahnya harga peralatan. Film pertama yang dibuat dengan berbagai kemudahan fasilitas ini adalah dokumenter karya Martin Kunert dan Eric Manes: Voices of Iraq, dimana 150 buah kamera DV dikirim ke Iraq sepanjang perang dan dibagikan kepada warga Irak untuk merekam diri mereka sendiri.
Dikutip dari: http://id.wikipedia.org/wiki/Film_dokumenter

Luluskah Aku....


Entah apa yang diharapkan dari ujian nasional. Apakah untuk mencari tunas bangsa yang unggul, atau hanya untuk formalitas saja. Tak sedikit siswa SD, SMP, dan SMA yang malah terbebani karena Ujian Nasional. Dari apa yang saya alami, Ujian hanya untuk mencari nama dan menjaga gengsi antar sekolah.
Berapa kali sudahkah kita mendengar anak yang bunuh diri gara-gara tidak lulus, anak yang merasa terkucil dari teman-temanya yang sedang bahagia karena lulus. Bahkan ada di sekolah-sekolah daerah yang malah menghancurkan tempat belajar-nya selama tiga tahun. Itu hanya disebabkan mereka tidak lulus.
Bahkan ada yang merasa tidak adil, karena jeripayah, baik fisik maupun finansial terkuras selama 3 tahun hanya dibayar dengan empat hari yang menentukan. Apakah lulus, atau tidak.
Dan fakta yang saya temukan adalah antara pengawas dan sekolah sengaja bersekongkol, agar siswa dapat lulus semua. Apakah ini yang diharapkan dari ujian nasional. Jika hanya begitu, mengapa para siswa harus membayar dengan harga yang cukup mahal untuk mengikuti ujian. Dan banyak sekali orang tua murid yang sengaja berhutang agar anaknya mengikuti ujian. Bagus jika jeripayah ber-hutang itu dibayar dengan sebuah ke-lulusan, namun jika tidak lulus. Bisa-kah kita membayangkan?
Jika kita berada di posisi tersebut, apa yang akan kita rasakan. Sore ini tak sengaja saya membaca koran. Seorang ibu menangis di sekolahan anaknya. Hanya karena biaya Rp. 485.000 yang tak mampu di bayarkan. Sukakah kita dengan kisah seperti itu?
Sekarang tinggal melihat, bagaimana pelaksanaan ujian tahun ini? Apak sukses seperti yang kita harapkan? Atau malah membuat miris hati kita.

Selasa, 31 Maret 2009

Pemilu Yang Lucu


Musim kampanye sudah hampir berakhir...
Sekarang tinggal menunggu bagaimana pemilu yang akan kita jalani, dan bagaimana reaksi para masyarakat awam yang ada di kampung dan desa-desa terpencil?. Apakah mereka bisa mengetahui bagaimana cara pemilihan?. karena kita tau sendiri bagaimana cara pemilihan yang telah dirubah. Dari cara mencoblos menjadi mencontreng, yang mungkin semakin sulit. Kita lihat saja orang yang sudah tua atau orang yang sedang berada di rumah sakit. apakah mereka mampu mencontreng? bagi orang tua yang sudah agak sulit mengerti, bolpoin yang sudah ada di tangan bukannya di buat untuk mencontreng, tapi bisa-bisa nanti di buat untuk mencoblos. Karena pengalaman yang dulu dilakukan yakni dengan mencoblos.
Kadang saya heran,, kenapa banyak sekali caleg yang terdaftar dalam pemilihan legislatif kali ini. apakah mereka terlalu demokrasi hingga tidak percaya dengan rekan satu partainya. Saya melihat di daerah saya, saya menemui partai yang mempunyai 9 caleg, kalikan saja dengan partai yang ada yakni 34 partai nasional dan 4 partai lokal yang ada di Aceh. Jumlahnya dan berapa Rupiahkah yang sudah terkucur hanya untuk iklan dan baliho yang ada dipinggir jalan yang saya rasa hanya merusak keindahan kota.
Andai saja dana sebanyak itu digunakan untuk dana pendidikan, berapa sekolahan kah yang akan lebih bagus dan tidak rapuh. Sebagai contoh, kita lihat saja ketika para caleg sedang asyik-asyiknya mengucurkan dana untuk kampanye, salah satu SD NEGERI di kota Malang malah kursi yang seharusnya menjadi fasilitas mereka diambil oleh pihak meubel. Lalu di mana perhatian perintah, apa mereka semua izin untuk kampanye? memang pemilu dan politik yang aneh.
Ada lagi keanehan yang muncul, ketika partai oposisi yang sedang kampanye ternyata salah satu caleg yang sedang berorasi di turunkan secara paksa. hanya gara-gara ketika beorasi mengatakan bahwa PDIP adalah partai yang tidak besar Sunarto (caleg PDIP) langsung diturunkan secara paksa. kejadian itu terjadi di Mojokerto dan pada acara itu Megawati pun datang untuk memeriahkan kampanye itu. Berita yang didapatkan dari situs okezone.com itu cukup membuat saya heran.
Yah itulah potret panggung politik Indonesia, yang hanya mementingkan uang dan kekuasaan, serta nama besar partainya. Dan tak lupa pula, di manapun Megawati berada pasti mengirimkan pesan manis kepada pemerintahan SBY. Megawati mengatakan, ketika dia sudah tidak menjadi presiden lagi harga-harga sembako naik.
Lain Megawati, lain pula Rizal Ramli yang mengkritisi dana-dana pemilu yang dikeluarkan SBY. yang jumlahnya ratusan Milyar. Serta masa cuti SBY yang lumayan panjang. dari sumber yang sama juga saya mendapatkan berita tentang pertanyaan yang di lontarka oleh Rizal Ramli.
Yah.. mungkin itu cukup menjadi acuan kita tentang PEMILU 2009. yang aneh tapi lucu.

Minggu, 08 Maret 2009

Pacaran vs Nikah Muda


Pengantar

Cinta danPacaran, mungkin sudah tak asing lagi terdengar di telinga kita. Mulai dari anak kecil yang berusia 12 tahun hingga orang dewasa yang telah menginjak usia senja. Di manapun, kapanpun dan siapapun pasti mengerti dan pernah melihat dua orang muda-mudi yang sedang berdua-duaan baik di taman, di jalan, bahkan diatas kendaraan, itulah yang dinamakan pacaran.

Pacaran bisa dikatakan merupakan istilah yang populer dikalangan remaja dan juga dikalangan masyarakat luas. Meskipun sepopuler apapun kata itu, sampai saat ini belum ada definisi yang tepat tentang pacaran. Dalam arti, arti pacaran sangat luas dan multi presepsi. Bisa dikatakan, jika seratus orang ditanya tentang arti pacaran maka akan muncul seratus jawaban pula yang berbeda.

Meskipun aneh, solah–olah masyarakat sudah paham betul tentang makna pacaran. Ketika seorang anak muda ditanya apakah ia sudah punya pacar pasti dengan percaya dirinya dia menjawab “sudah punya”. Dalam pengertian umum seseorang akan dianggap telah berpacaran jika ada salah satu pihak yang mengutarakan rasa sayang atau cintanya kepada seorang laki-laki atau perempuan, dan perkataan tersebut di tanggapi positif oleh orang yang menjadi target.

Dalam konteksnya ketika ada dua insan yang berpacaran pasti dalam hati keduanya telah tumbuh rasa cinta yang berada dalam hati kedua pemuda maupun sang pemudinya. Dalam cintapun terdapat istilah bahwa “ cinta itu buta ”. Itulah istilah bagi orang yang mencintai insan lainnya tanpa sadar dan tidak mengindahkan orang disekitarnya, ia tetap mencintai seseorang tersebut meskipun ia tahu bahwa dia tidak di cintai.

Sebenarnya cinta itu tidak buta karena tidak bermata dan tidak tuli karena tidak mendengar. Cinta itu pasif dan akan aktif bergantung pada manusia yang mengaktifkannya. Cintapun kadang akan muncul dengan sendirinya ketika seseorang merasakan kecocockan pada lain jenisnya. Bahkan ada pula istilah “cinta pada pandangan pertama” yang selama ini terjadi di kalangan remaja. Cinta di sinilah yang kadang di katakan cinta monyet, karena belum saling menggenal namun sudah berani bilang sayang Itulah mengapa ada pepatah yang mengatakan:

Darimana datangnya lintah

Dari sawah turun kekali

Darimana datangnya cinta

Dari mata turun kehai

Ada banyak sekali macam-macam cinta yang di kenal dalam kalangan remaja, namun yang menjadi masalah bermanfaatkah cinta dan kasih sayang (pacaran) itu dalam usia remaja?.

Dewasa ini, ketika seorang pemuda di ajak bicara tentang menikah jawaban mereka juga pasti akan berbeda, mulai dari tidak siap, nikmati dulu masa muda, hingga menikmati pacaran seperti seorang suami-istri. Dengan jawaban tersebut dapat disimpulkan bahwa remaja sekarang hanya ingin bersenang-senang. Tanpa ada tujuan serius dalam berpacaran, apalagi kalau sudah kebablasan telah melakukan hubunga suami-istri karena terlalu menikmati masa pacaran.

Padahal jika membuat komitmen sebelum menikah remaja akan lebih menikmati masa pacaran setelah menikah. Dalam sebuah seminar di Surabaya seorang Pasturpun menganjurkan agar menikah dini daripada harus menunggu siap, kalau menunggu, kapan seorang telah siap dalam menjalani suatu hubungan suami-istri?. Masak Melakukan hubungan suami-istri siap,, namun menjalani hidup sebagai suami istri tidak siap..


Sebab-Sebab Remaja Pacaran

Para pemuda-pemudi sekarang tanpa rasa ragu lagi menjadikan pacaran sebagai simbol bahwa mereka telah mampu membuktikan kalau mereka “laku” dan berani meng-ekspose di depan umum bagaiman cara mereka pacaran.

Mengapa remaja pacaran?. Itulah pertanyaan yang mestinya disadari. Pada dasarnya, ada dua sebab mengapa seseorang menjalani pacaran?

  1. Tuntutan Biologis

Ketika usia seseorang menginjak belasan tahun atau remaja organ-organ reproduksi mereka telah berkebang dan mulai bekerja. Ibarat listrik, libido seks mereka sudah mulai konek. Para remaja sudah mulai “bergetar” bila berdekatan dengan lawan jenisnya. Inilah yang di maksud masa pubertas. Pada masa ini para remaja akan mengalami sensasi seksual akibat perubahan oada diri mereka.,

Menurut Elizabet B. Hurlock dalam Psikologi perkembangan (Erlangga; 1990), pubertas adalah periode perkembangan ketika anak-anak berubah dari mahluk aseksual menjadi mahluk seksual.

Root seperti dikutip dari Hurlock menyebutkan “ Masa Pubertas adalah suatu tahap dalam perkembangan dimana terjadi kematangan alat-alat seksual dan tercapainya kemampuan reproduksi. Tahap ini disertai dengan perubahan-perubahan dala pertumbuhan somatis dan perspektif psikologis”.

Itulah yang terjadi masa puber memang menjadi masa peralihan yang membuat seorang menjadi malas bekerja, itu di sebabkan karena saat itu para remaja mengeluarkan banyak energi untuk tumbuh. Dan karena pada usia tersebut puncaknya seorang tumbuh dan mengalami perubahan menjadi seorang yang dewasa.

Perubahan tubuh ini disertai dengan perkembangan bertahap dari karakteristik seksual primer menjadi sekunder. Karakteristik primer meliputi perkembangan organ-organ reproduksi (menstruasi pada remaja putri dan mimpi basah pada remaja laki-laki), sedangkan karakteristik seksual sekunder merupakan perubahan dalam bentuk tubuh sesua dengan jenis kelamin.

Jadi karena perubahan itulah mengapa seorang remaja memiliki dorongan seksual yang tinggi dan rasa ketertarikan pada lain jenis mulai muncul, serta perilaku untuk membuat lawan jenis tertarik dan dalam mencari pengetahuan tentang seks. Setelah itu para remaja mulai mengadakan eksperimen untuk berpacaran.

Jadi pada saat ini normal-normal saja ketika tiba-tiba seorang pemuda-pemudi merasakan getaran-getaran dalam hati yang menyesakkan. Seperti rasa “kesem-sem” dan menyukai hingga remaja tersebut mempunyai keinginan untuk mempacari lawan jenisnya itu.

  1. Tuntutan Budaya

Selain karena tuntutan biologis yang mendesak, ada pula dorongan tertentu yang membuat seorang tersebut menginginkan pacaran. Dorongan tersebut berasal dari Budaya, budaya yang membuat para remaja ingin berpacaran karena para remaja memang mudah latah yang mengikuti perkembangan zaman.

Dapat di pahami, masa remaja adalah masa yang masih belum jelas. Masa transisi dari masa kanak-kanak menjadi dewasa. Para psikolog mengatakan, masa remaja adalah masa “mencari identitas diri”. Dalam kondisi ini remaja mulai mencari identitas dirinya melalui media yang sering di saksikan, yakni media elektronik, lebih spesifik lagi adalah televisi.

Televisi membawa pengaruh sangat besar dalam perkembangan psikologi para remaja. Melalui telivisi budaya pacaran gencar di kampanyekan, mulai dari sinetron dan tayangan-tayangan lainnya seperti reality show yang memberikan wadah para remaja untuk mencari pacar yakni acara yang ditayangkan oleh salah satu stasiun televisi swasta yang berjudul “katakan cinta”.

Dengan adanya acara televisi tersebut dapat di katakan bahwa remaja jika tidak pacaran tidak gaul yang dikenal dengan sebutan PEJABAT “pemuda jaman batu”.

Survey Sugiarti, siswi Madrasah Shomadiyah Makam Agung Tuban Jawa Timur, seperti yang dimuat di majalah Gugat (edisi 332/09-15 mei 2005), menunjukan, 84% pelajar SLTA di Tuban pernah melakukan pacaran. Adapun motivasi dalam berpacaran antara lain, 54,85% mengaku mengikuti tren, dan 12,69% sekedar untuk jaga gengsi dan untuk “bersaing”.

Sedangkan poling yang di lakukan DetEksi Jawa Pos mengenai remaja yang tidak mempunyai pacar (jomblo ), (jawa Pos, 1 Nopember 2003), menunjukan bahwa 56,1% remaja tidak mempunyai pacar karena Nasib. Pada dasarnya mereka tidak menginginkan jika mereka jomblo, namun nasib yang membuat ereka menjadi jomblo.

Dalam situasi seperti itu memiliki pacar ternyata menjadi kebanggaan sendiri. Apalagi jika para remaja telah bias memikat hati laki-laki ataupun perempuan yang di idam-idamankan. Fakta inilah yang ternyata membuat remaja semakin bersemangat dalam mencari pacar.

Arti Cinta dalam Pacaran

Dalam keseharian, bagi semua orang yang merasakan jatuh cinta sebelumnya harus memiliki satu hal, agar cinta itu dapat menunjukan kualitas yang layak dipuji, disanjung, dan dipuja. Dan agar cintanya mengalami peningkatan menuj yang lebih baik, hal tersebut adalah pemahaman tentang makna cinta.

Sering kita menyaksikan, banyak remaja yang mengatas namakan cinta. Namun dalam cinta tersebut tak jarang terselip nafsu-nafsu setan yang malah menyelewengkan makna cinta yang sebenarnya. Yang terucap memang kata cinta, namun dalam cinta tersebut bukanlah karena hati orang yang dicintai baik, melainkan karena wajah yang cantik, tubuh yang seksi, dan lain sebagainnya.

Selama ini kita hanya mengenal dua kata dalam cinta, yakni kasih dan sayang. Kasih dan sayang itulah yang mendorong kita untuk mencintai seseorang sehingga kita mengutarakan isi hati kita. Banyak sekali orang yang terbuai oleh kasih dan sayang, hingga tak menyadari arti kasih sayang yang sebenarnya. Seperti yang dikemukakan Muhammad Muhyidin dalam bukunya pacaran setengah halal setengah haram. “kasih sayang laksana angin, juga cinta, yang tak mampu kita jelaskan eksistensinya, tetapi kita mampu merasakan semilirnya.”

Karena itulah mengapa hakikat cinta yang sebenarnya sangat sulit di temukan. Meskipun itu ada, itupun karena terlalu dipaksakan dan terlalu mengada-ada. Ada beberapa pertanyaan, bagaimana cinta dapat didefinisikan? Memakai logika, apakah genus dan deferensinya? Apakah cinta termasuk kategori kuantitas? Ataukah kualitas? Dari sudut pandang kimia, dari unsure apakah cinta terbentuk? Apakah kita bias menemukan rumusan-rumusan cinta seperti kita menemukan rumus setiap material dalam benda? Apakah cinta layaknyahidrogen dan oksigen yang menjadi air? Atau ia etana? Atau mungkin Helium?

Hingga saat ini, tak seorangpun yang mampu mengemukakan secara tepat tentang definisi cinta. Meskipun itu ada itu hanya dari sudut pandang sang pecinta tersebut yakni dari sudut pandang yang mampu ia serap. Itu artinya cinta adalah bagian dari tubuh manusia.

Cinta memang pada kenyataannya terdefinisikan tergantung pada sudut pandang tiap-tiap orang yang menjalani. Bagi remaja yang hedonis dan matre. Baginya manifestasi cinta adalah ketika semua keinginannya bias terpenuhi. Bagi remaja yang lain cinta dapat berarti pengorbanan. Cinta adalah bagaimana dia bias berkorban bagi sang kekasih.

Dalam perkembangannya cinta terbagi menjadi dua sisi, yakni cinta yang majasi dan cinta yang hakiki, sebab kita mengetahui bagaimana orang yang sering sekali mempermainkan cinta.

Jika harus ditempatkan secara berhadap-hadapan, cinta majasi merupakan cinta yang bertolak belakang dengan cinta hakiki. Jika kedua cinta ini dipandang sebagai pilihan, maka alangkah baiknya jika cinta hakiki yang dipilih oleh pengembara cinta. Kita mengetahui banyak sekali korban-korban yang menjadi gila bahkan bunuh diri akibat cinta yang di permainkan. Dan jika antara cinta majasi dan cunta hakiki dinilai, cinta majasi tidak mempunyai nilai apapun.

Cinta majasi adalah cinta yang mendefinisikan dirinya sendiri dalam kenikmatan dan kesenangan badani, atau ragawi, yang bertujuan hanya sebagai pemuasan nafsu. Perwujudannya dapat berupa apa saja tergantung pada nafsu yang merasuki dan yang ingin dicapai. Jika cinta ini terwujud dalam hubungan antara pria dan wanita maka arti cinta yang sesungguhnya hilang sudah.

Dari pemaparan diatas kita dapat membandingkan dengan realita yang terjadi, bahwa ketika kita melihat dua orang remaja yang sedang berpacaran kebanyakan pasti hanya sebagai pemuasan hawa nafsu. Banyak fakta yang mendukung, sebagai misal; ketika kita berada di kawasan wisata, kita pasti menemui pasangan muda-mudi yang sedang berduaan disana. Eantah apa yang mereka lakukan pastinya kita bias menebak sendiri.

Lalu kalau sudah sepeti itu mengapa muda-mudi tidak mau langsung saja menempuh jaklan yang halal, yakni menikah. Padahal pada dasarnya cinta insan timbul dari cinta hakiki. Alangkah indahnya jika cinta itu diwujudkan dalam sesuatu yang halal.

Menikah atau Pacaran

Pastinya tidak asing lagi bagi kita jika mendengar istilah nikah muda. Nikah muda sudah banyak kita jumpai dimanapun., namun begitu pernikahan di usia muda bagi sebagian remaja banyak yang menolak dengan alasan mulai dari masa depan yang masih panjang, belum siap menjalani hubungan, takut masalah ekonomi dan lain sebagainya.

Para remaja sekarang lebih cenderung pada pacaran yang hanya mebuang-buang waktu, namun jika diajak membahas pernikahan seperti itulah alasannya pasti aka nada saja. Pernikahan yang lebih dapat bermanfaat ternyata bagi sebagian remaja dianggap remeh. Padahal kunci pembelajaran seseorang untuk melatih tanggung jawab bukan pada saat pacaran, melainkan ketika mereka dituntut untuk bertanggung jawab pada seuatu yang dimiliki.

Dalam sebuah seminar di Surabaya yang berada di Universita Petra Surabaya Dr. Stanley menganjurkan pada remaja untuk segera menikah jika sudah mempunyai pasangan yang tetap. Karena jika menikah terlalu tua takutnya mereka akan disibukkan dengan pekerjaan yang mereka miliki. Beliau mengatakan bahwa, menikah muda jauh lebih bagus dari pada menikah diusia tua.

Dan usia mahasiswa di Indonesia rata-rata dibawah 24 tahun, dan itulah usia yang ideal dan sangat layak untuk melaksanakan pernikahan. “jangan tunda perkawinan kalau kalian sudah siap. Kenapa menunggu lama-lama,” kata Stanley dengan logat bule. Namun ada mahasiswa yang beralasan belum mempunyai pendapatan.

Jika berbicara tentang pendapatan, pada posisi seperti ini orang tua wajib membantu anaknya dalam artian melihat bagaimana perkembangan anaknya jika memang membutuhkan alangkah baiknya jika dibantu, dan itu pasti karena tidak akan pernah ada orang tua yang akan menyengsarakan anaknya. Namun dalam pernikahan ini harus ada perjanjian, tidak boleh mempunyai momongan, karena belum mempunyai pendapatan.

Posisi pernikahan disini adalah sebagai penghalal atau sebagai penghilang fitnah yang takutnya akan muncul dimasyarkat. Selain itu motivasi untuk menuju keluaraga yang sakinah akan sangat besar serta pada usia 20 tahunan adalah uasia yang paling bagus untuk melahirkan, agar anak terhindar dari cacat, keguguran, dan lain sebagainya.

Pernikahan muda disini diartikan ketika seseorang sudah menginjak usia dewasa namun belum terlalu tua. Berbeda dengan fakta yang terjadi di daerah kawasan “tapal kuda” yang berada di jawa timur semacam Jember, Situbondo, dan Bondowoso yang notabene adalah orang Madura. Yang terjadi disana adalah para anak-nanak SD sudah dinikahkan bahkan jodohnya sudah ditntukan sejak mereka masih kecil.

Bukan pernikahan ala Bondowoso inilah yang di maksudkan disini. Karena dari fakta yang didapatkan ternyata angka percraian di daerah sini sangat tinggi karena pernikahan yang terjadi untuk ketentuan adat. Para orang tua tidak mengerti sepenuhnya tentang hakikat pernikahan yang terjadi. Oleh karena itu para Mahasiswa Universitas Jember sering kali mengadakan penyuluhan tentang UU Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 yang mensyaratkan usia minimal pernikahan 17 tahun. Jika usia belm mencapai uasia 17 tahun orang tua diharap bersabar. Dengan begitu ceramah tentang UU Perkawinan belum 100% sukses karena hingga sat ini masih ditemukan janda-janda dan duda-duda yng usiaya di bawah 15 tahun.

Kita dapat mengambil pelajaran tentang nikah muda yang terjadi dikawasan tapal kuda jawa timur. Remaja harus berpikir bagaimana rumah tangga yang muda dan berkualitas. Namun juga mampu menghadapi tekanan dan masalah yang nantinya terjadi didalam rumah tangga tersebut.

Menikah muda memang bukan tanpa masalah. Apalagi kalau bukan karena ego masing-masing yang masih tinggi. Emosi yang masih meledak-ledak, yang kadangkala merusak pikiran jernih dan akal sehat. Usia yang sering over ekspresi. Namun masalah yang paling ditakutkan ketika sesorang melakukan nikah muda adalah tentang biaya hidup. Mengenai biaya hidup pastinya orang tua akan membantu, karena orang tua pasti mengetahui bagaimana kesulitan ketika seseorang menempuh hidup baru dalam bahtera rumah tangga. Walau bagaimanapun kesabaran adalah kunci untuk mancapai kebahagiaan yang hakiki. Dan jika fase-fase itu telah terlewati, dan kedua belah pihak terus berusaha memperbaiki diri dengan tetap berpegang teguh pada komitmen, Insya Allah “Setelah kesulitan itu akan ada kemudahan” (QS. Al-Insyirah)


Daftar Refrensi

Al-Ghifari, Abu. Pacaran yang Islami Adakah?. Bandung. Mujahid Press.2006

Badiatul Muchkisin Asti. Jangan Pacarin Gue (Nikmatnya Masa Remaja Tanpa Pacaran). Surakarta. Smart Media, 2005

Siregar, Haekal. Nikah Dini Kereeeen! #2 After Maried. Zikrul Hakim. Jakarta. 2007

Muhyidin, Muhammad. Pacaran Setengah Halal, Setengah Haram. Diva Press.2008

Mahfuz, Najla. Latahzan for Love “Khaifatun min al-Hub”. Akar Media. Jakarta. 2008

http//febriskamaskarina.blogspot.com/2008/09/nikah-muda-keuangan.html

http//mualafmenggugat.wordpress.com/2008/06/28/definisi-dalam-rasa

http//mominaction.wordpres.com/2008/01/22/asyiknya-menikah-muda/



Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Web Host