Minggu, 10 Mei 2009

KUPINANG KAU DG JANJI


Janji, visi dan misi, serta orasi biasanya dilakukan pada saat kampanye di mulai. Namun kali ini ada yang beda. Upaya untuk mempertahankan posisi sebagai penguasa Negara selalu dilakukan. Dan itupun terjadi di Negara tercinta kita ini, Indonesia.
Ada pepatah mengatakan “mempertahankan adalah lebih sulit dari mendapatkan”. Kata-kata itulah yang saat ini “menghantui” pemimpin Negara ini. Alih-alih membuat rakyat bahagia, ternyata di dalamnya terselubung niat untuk mencari simpati dari rakyat.
Sekolah gratis, gaji PNS naik, adalah merupakan beberapa cara dari sekian banyak cara yang digunakan guna mempertahankan posisi. Kita pun mengetahui, 5 tahun kepemimpinan, pendidikan seperti tidak mendapatkan perhatian. Bahkan siswa serasa di permainkan dengan program pendidikan pemerintah.
Bantuan Oprasional Sekolah atau yang selama ini kita menyebutnya BOS, yang seharusnya mampu meng-gratis-kan biaya pendidikan, ternyata masih saja banyak rakyat kecil yang mengeluh akan mahalnya biaya pendidikan. Serta tidak diimbanginya sarana-prasarana yang memadahi, samakin membuat hati miris akan traggedi pendidikan yang terjadi di Indonesia.
Kini, pendidikan menjadi bahan kampanye yang empuk, padahal sebisa mungkin pendidikan jangan pernah dijadikan bahan kampanye. Karena pendidkan adalah seperti hal yang sangat sensitive, mengingat pendidikan di Indonesia cukup mahal. Dua kali sudah SBY menjajikan pendidikan gratis bagi rakyat. Namun tetap saja, pendidikan seolah menjadi momok yang menyeramkan bagi rakyat.
Rakyat seolah-olah di iming-iming dengan kemudahan untuk mendapatkan pendidkan. Mungkin dengan dana BOS yang itu pun malah menyengsarakan rakyat. Dengan menaikan harga BBM, pemerintah beralasan untuk mempermurah biaya pendidkan. Namun tetap saja ujung-ujungnya rakyat juga yang dikorbankan. BBM naik semua kebutuhan pokok naik, rakyat pun malah sengsara karena gaji pegawai swasta tetap.
Masih berlakukah iklan sekolah gratis? Jawabannya ternyata masih. Gembar-gembor yang pada pemilu 2004 sangat diharapkan bisa membantu rakyat kecil namun malah menyengsarakan. Kini akan terulang dan bahkan sudah terulang sebelum Pemilu 2009.
Disini posisi rakyat seolah orang yang akan dilamar oleh pemimpin yang akan turun. Sekolah gratis seolah menjadi “mas kawin” yang akan diberikan kepada rakyat jika ia terplih lagi. Namun sudahkah rakyat merasakan enaknya sekolah gratis? Nyamannya fasilits sekolah? Profesionalnya pendidik yang mengajar? Bahkan layanan yang diberikan?. Hampir semuanya belum.
Pada dasarnya yang di butuhkan bukanlah sekolah gratis. Namun bagaimana pendidikan di Indonesia yang saat ini begitu mengenaskan, menjadi pendidikan yang nyaman bagi masyarakat serta para pengajar yang professional. Jika pengajar belum mampu profesional, sekolah gratis selama apapun akan sama saja. Karena yang di butuhkan adalah tenaga pendidik, bukan sekolah gratis, yang selalu di gembar-gemborkan menjelang pemilu. Mulai dari pemilu Bupati, Gubernur bahkan Presiden.

0 komentar:

Posting Komentar

Trima kasih...

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Web Host