Acara televisi lagi-lagi menyuguhkan acara-acara yang bersifat kebohongan public. Dan ramalan AGB Nelson ternyata memang benar-benar terjadi. Pada tahun 2006 AGB Nelson meramalkan bahwa di Indonesia pada tahun 2009 akan banyak program tetang “realityshow”. Seiring dengan itu realityshow yang ditayangkan kebanyakan hanya bohongan, bukan realita yang terjadi di masyarakat.
Apakah ini potret hiburan televisi di Idonesia?. Realityshow yang berhubungan dengan cinta, religi, dengan keluarga dan lain sebagainya semakin banyak disuguhkan. Namun masyarakat seolah diam dan menerima kebohongan itu sebagai kenyataan yang memang benar-benar terjadi. Penikmatnyapun dari segala usia, mulai dari ibu-ibu dan remaja. Entah begaimana mereka menikmati acara yang pada dasarnya hanya kebohongan public?.
Setelah infotaiment tentang gosip-gosip, sinetron yang tidak mendidik,sekarang ditambah dengan acara realityshow yang membuat mabuk kepayang ibu-ibu rumah tangga dan banyak remaja putri yang ikut menyaksikannya. Lalu, acara apa lagi yang akan membuat pemirsa televisi menerima kebohongan yang dibuat oleh produser. Dari 10 stasiun TV nasional, yang benar-benar menyuguhkan berita dan pendidikan hanya dua. Metro TV, dan TV One. Kedua stasiun televisi tersebut lebih banyak menayangkan berita-berita dan dialog interaktif yang pastinya membuat masyarakat berpikiran lebih bagus.
Sedangkan stasiun televisi yang dengan nyata-nyata memberi nama”Televisi Pendidikan Indonesia” yang lebih dikenal dengan TPI, acara-acara yang ditayangkan malah tidak berbobot. Ambil saja “si Entong dan Ronaldowati” acara yang ditujukan kepada anak-anak. Malah memberikan adegan-adegan yang tidak mendidik. Boneka bisa berjalan, boneka bisa bermain bola, entong memiliki sandal ajaib. Itukah acara mendidik, belum lagi realityshow yang di tayang kan TPI “Curhat” yang mengklaim akan menyelesaikan masalah, malah akan memperkeruh masalah.
Sekali lagi, siapa yang disalahkan?. Stasiun televisi yang menayangkan acara itu, ataukah pemirsa yang mau dengan mudah dibohongi, atau malah pemerintah yang membiarkan acara seperti itu semakin menjamur.
0 komentar:
Posting Komentar
Trima kasih...